BEKAL TERBAIK MENYAMBUT RAMADAN 1446 HIJRIYAH

oleh Ahmad Rifai Ritonga,S.H.,M.H (Direktur Eksekutif LAZ Swadaya Ummah)

Ramadan, adalah bulan yang mulia, bulan yang ditunggu-tunggu dan dinanti-nantikan oleh umat islam sedunia. Al-Hafizh Ibnul Jauzi di kitab Bustan Al-Wa’izhin wa Riyadh As-Sami’in, Ibnul Jauzi hal: (231) berkata :

Ahmad Rifai Ritonga, S.H.,M.H (Direktur Eksekutif LAZ Swadaya Ummah)
“Bulan (dalam setahun) ada dua belas seperti anak-anak Nabi Ya’qub ‘alaihis salam, dan bulan Ramadhan laksana Yusuf diantara saudara-saudaranya. Sebagaimana sejatinya Yusuf adalah anak kesayangan Nabi Ya’qub maka demikian halnya dengan Ramadhan adalah bulan yang paling dikasihi oleh (Allah) Yang Maha Mengetahui Perkara yang ghaib.
Datang saudara-saudara Yusuf bersandar kepadanya untuk menutupi kekurangan dan menghilangkan kerusakan; setelah sebelumnya mereka menjadi orang-orang yang berbuat kesalahan dan penyimpangan maka Yusuf pun menempatkan mereka dengan baik dan memperbaiki keadaan mereka serta memberikan mereka makan dari kelaparan dan juga mengizinkan mereka untuk datang kembali, sehingga yang satu dapat menutup celah yang dua belas maka demikian halnya dengan bulan Ramadhan kita berharap Ramadhan dapat menutupi apa yang terluputkan oleh kita padanya di bulan-bulan yang lain dan kita dapat memperbaiki padanya hal-hal yang rosak sehingga ditutupkan bagi kita dengan kebahagiaan dan kegembiraan.
Dan isyarat lainnya; kembalinya penglihatan Ya’qub tatkala mendapatkan aroma Yusuf dan jadilah setelah kelemahan menjadi kuat, setelah buta menjadi dapat melihat dan demikian halnya dengan pelaku maksiat apabila dia mencium aroma Ramadhan.”
Begitulah istimewanya dan Luar biasanya Ramadhan Bahkan kata Al Hafidz Imam Ibnul Jauzi dalam kitab at-Tabshirah mengatakan : “Demi Allah, seandainya dikatakan kepada penghuni kubur: ‘Berangan-anganlah!’, niscaya mereka berangan-angan berada di satu hari pada bulan Ramadan.” [At-Tabshirah, 2/78]
Tamu agung harus disambut dengan cara yg agung, tak boleh biasa-biasa saja. Ramadhan ini tamu agung mari kita sambut dengan persiapan yg sempurna dan tak biasa. Apa bekal yg terbaik Menyambut Ramadhan
Pertama, Taubat
Taubat adalah upaya untuk meninggalkan perbuatan dosa dengan diiringi keinginan kuat untuk tidak mengulanginya lagi. Allah SWT amat menyukai setiap hamba-Nya yang bertaubat. Taubat berasal dari kata kerja taaba. Kata tersebut terbentuk dari huruf ta, wau, dan ba sehingga menjadi tawaba yang artinya pulang, kembali, dan penyesalan.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dalam bukunya yang berjudul Cara Bertaubat menurut Al Quran dan as-Sunnah menjelaskan, ada beberapa hal yang harus terkumpul untuk memaknai arti taubat. Antara lain sebagai berikut:
1. Meninggalkan perbuatan dosa
2. Menyesali apa yang pernah dilakukan, minimal ada perasaan menyesal terhadap perbuatan tersebut. Adapun, kuat dan lemahnya penyesalan tergantung dari kualitas taubat.
3. Mengetahui kehinaan perbuatan dosa.
4. Keinginan keras dalam hati untuk tidak mengulangi perbuatan maksiatnya kembali.
5. Memperbaiki apa yang mungkin dikerjakan, seperti mengembalikan barang yang diambil dan semacamnya.
6. Taubat hanya boleh dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT semata.
7. Taubat hendaknya dilakukan sebelum napas sampai di tenggorokan, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang berasal dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima taubat seorang hamba selama napasnya belum sampai di tenggorokan.” (HR. Ahmad)
8. Taubat hendaknya dilakukan sebelum matahari terbit dari arah terbenamnya (barat). Sebagaimana disebutkan dalam sahih Muslim, dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari arah terbenamnya niscaya Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Muslim)
Ibnu Fariz rahimahullah dalam kitabnya Mu’jam Maqaayiisil Lughah memaknai taubat sebagai kembali. Artinya, jika seseorang bertaubat atas dosa yang telah dia lakukan, maka dia meninggalkan dosa tersebut, bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat. Ibnu Manzur rahimahullah mengatakan, bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat artinya kembali dan meninggalkan kebiasaan perbuatan maksiat menuju ketaatan kepada Allah SWT.
Taubat yang sebenarnya taubat ini tertuang dalam QS. At-Tahrim ayat 8 sebagai berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim: 8).
Kedua, Membersihkan Hati (Thaharatul Qalbi) Anas ibn Malik ra menceritakan:
كُنَّا جُلُوسًا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ. فَطَلَعَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ تَنْطِفُ لِحْيَتُهُ مِنْ وُضُوئِهِ قَدْ تَعَلَّقَ نَعْلَيْهِ فِي يَدِهِ الشِّمَالِ، فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ مِثْلَ ذَلِكَ، فَطَلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ مِثْلَ الْمَرَّةِ الْأُولَى. فَلَمَّا كَانَ الْيَوْمُ الثَّالِثُ، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ مِثْلَ مَقَالَتِهِ أَيْضًا، فَطَلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ حَالِهِ الْأُولَى
Ketika kami duduk bersama Rasulullah saw, beliau bersabda: “Akan datang kepada kalian sekarang seorang calon penghuni surga.” Tiba-tiba datang seorang Anshar yang air bekas wudlunya menetes dari janggutnya. Ia mengikatkan sandalnya pada lengan kirinya. Keesokan harinya Nabi saw bersabda seperti itu lagi. Tiba-tiba datang lelaki yang sama dengan sebelumnya. Hari ketiga Nabi saw bersabda seperti itu lagi dan datang lelaki itu lagi dalam keadaan seperti ketika hari pertama.
قَالَ أَنَسٌ: وَكَانَ عَبْدُ اللهِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَاتَ مَعَهُ تِلْكَ اللَّيَالِي الثَّلَاثَ، فَلَمْ يَرَهُ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ شَيْئًا، غَيْرَ أَنَّهُ إِذَا تَعَارَّ وَتَقَلَّبَ عَلَى فِرَاشِهِ ذَكَرَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَكَبَّرَ حَتَّى يَقُومَ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ
. Anas berkata: ‘Abdullah (ibn ‘Amr) menceritakan bahwasanya ia bermalam di rumah lelaki itu pada tiga malam tersebut. Ia tidak melihat orang itu shalat malam barang sebentar pun. Tetapi setiap kali ia terbangun malam dan beralih posisi di atas kasurnya ia berdzikir kepada Allah azza wa jalla dan bertakbir sampai bangun untuk shalat shubuh.
قَالَ عَبْدُ اللهِ: غَيْرَ أَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ يَقُولُ إِلَّا خَيْرًا، فَلَمَّا مَضَتِ الثَّلَاثُ لَيَالٍ وَكِدْتُ أَنْ أَحْقِرَ عَمَلَهُ، قُلْتُ: … سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ لَكَ ثَلَاثَ مِرَارٍ: يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَطَلَعْتَ أَنْتَ الثَّلَاثَ مِرَارٍ، فَأَرَدْتُ أَنْ آوِيَ إِلَيْكَ لِأَنْظُرَ مَا عَمَلُكَ فَأَقْتَدِيَ بِهِ فَلَمْ أَرَكَ تَعْمَلُ كَثِيرَ عَمَلٍ، فَمَا الَّذِي بَلَغَ بِكَ مَا قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَقَالَ: مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ
. ‘Abdullah (ibn ‘Amr) berkata: “Tetapi aku tidak pernah mendengarnya berkata melainkan yang baik.” Setelah lewat tiga hari dan aku hampir saja menganggap remeh amalnya aku berkata: …”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda tentang kamu tiga kali: ‘Akan datang kepada kalian sekarang seorang calon penghuni surga’. Lalu ternyata anda yang datang pada ketiga harinya. Aku bertamu di rumah anda bermaksud melihat amal anda agar bisa aku teladani. Tetapi aku tidak melihat anda banyak beramal. Lalu apa yang istimewa dari anda sehingga Rasulullah saw memuji anda?” Ia menjawab: “Tidak ada selain yang anda lihat.”
قَالَ: فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي، فَقَالَ: مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاه
ُ. فَقَالَ عَبْدُ اللهِ هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ
 Setelah aku (Ibn ‘Amr) keluar, ia memanggilku: “Tidak ada selain yang anda lihat. Kecuali mungkin aku tidak merasakan dalam diriku kotor hati kepada seorang muslim pun dan aku tidak pernah hasud kepada seorang pun yang Allah berikan kebaikan kepadanya.” ‘Abdullah berkata: “Inilah keistimewaan yang anda miliki dan kami tidak mampu.” (Musnad Ahmad bab musnad Anas ibn Malik no. 12236. Syu’abul-Iman al-Baihaqi bab al-iqtishad fin-nafaqah no. 6181. Al-‘Iraqi menilai hadits ini shahih dalam al-Mughni ‘an Hamlil-Asfar no. 3168. Demikian juga Al-Albani menilai hadits ini shahih dalam Muqaddimah as-Silsilah ad-Dla’ifah).
Dari penjelasan hadist di atas menunjukkan bahwa kebersihan hati menentukan nasib kita di surga atau neraka. Ramadhan adalah bulan suci dan akan bisa dinikmati oleh orang-orang yg memiliki kesucian Hati. Menghilangkan rasa dengki, iri, amarah, benci dan semua penyakit hati, memaafkan semua orang yg pernah bersalah kepada diri. Semoga Allah mudahkan kita menjadi insan yg memiliki hati yg bersih aamiin

Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *